Menteri luar negeri (menlu) yang baru, Retno LP Marsudi, diharapkan dapat mengembangkan poros maritim dunia sesuai fokus utama program presiden Joko Widodo (Jokowi). Fokus ini disebutkan pengamat hubungan luar negeri, Tirta N Mursitama, dapat menjadi keunggulan kompetitif Indonesia di mata dunia.
“Diplomasi maritim dunia ini tidak hanya dapat dimaknai secara politis, tapi juga secara ekonomis. Ini seharusnya dapat dikembangkan lebih lagi,” kata Tirta N Mursitama saat dihubungi SH, Senin (27/10).
Secara politis, hubungan internasional dapat menyelesaikan persoalan yang ada di arus laut dunia. Diplomasi Indonesia harus tetap berfokus kepada pengawalan kawasan teritorial laut. “Itu seperti sengketa Laut Tiongkok Selatan. Dengan pendekatan ini, kita harus memperkuat perbatasan,” ucapnya.
Secara ekonomi, Indonesia dapat mengembangkan diplomasi kemaritiman. Tirta menjelasan, posisi Indonesia yang terletak di antara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik merupakan keunggulan ekonomis. “Kita itu dilewati jalur perdagangan dunia. Harusnya kita dapat mengangkat posisi ini untuk diplomasi ekonomi,” tutur Tirta.
Untuk menjalankan fungsi diplomasi ekonomi, Ketua Ikatan Ilmu Hubungan Internasional Indonesia itu menjelaskan, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tidak dapat berdiri sendiri. “Kemenlu harus menjalankan kerja sama dengan kementerian terkait, sepeti Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Maritim, dan Kementerian Perindustrian,” ujar Tirta.
Sebagai praktisi dan akademikus, Tirta yakin, Retno dapat memimpin Kemenlu dalam menjalankan fungsinya. Dalam penilaiannya, menlu perempuan pertama Indonesia itu memiliki pribadi yang baik.
Namun yang terpenting, Tirta mengingatkan, Retno dikenal sangat baik tidak hanya di lingkungan Kemenlu, tapi juga di eksternal. “Bu Retno memiliki komunikasi yang baik ke semua arah, ke atas ke bawah ke samping. Dia sangat dikenal dengan kebaikannya,” kata Departemen Hubungan Internasional.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menilai, Retno akan menghadapi tantangan yang berat dalam mengemban tugas sebagai menlu. “Tapi dengan pengalaman, kemampuan, serta mereplikasi gaya kepemimpinan Presiden Jokowi; Retno dapat dipastikan berhasil,” tutur Hikmahanto seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan, bila berhasil, Retno akan dikenang sebagai menlu perempuan pertama yang mampu membawa Indonesia lebih dikenal di mata dunia. “Retno harus diberi kesempatan untuk bekerja,” ujar Hikmahanto.
Ia menekankan, Kemenlu harus tetap menekankan kepentingan nasional. Menurutnya, kepentingan nasional jangan dikalahkan kepentingan internasional atas nama solidaritas, pencitraan, dan hubungan baik dengan negara sahabat.
Ia menyebutkan, Retno pun harus menyesuaikan diri dari kemenlu yang mengurusi masalah luar negeri dengan menggunakan taktik dan dialog menjadi seorang yang melihat suatu isu sebagai hitam putih dengan sejumlah argumentasi. “Visi misi harus dijalankan dengan ketegasan, serta menyampaikan argumentasi dalam perspektif Indonesia dan kelompok negara berkembang,” tuturnya.
Retno adalah menteri luar negeri ke-18 Indonesia. Perempuan kelahiran Semarang, 27 November 1962, ini sudah sangat kaya pengetahuan hubungan internasional Indonesia. Pada 2005-2008, ia menjabat sebagai Duta Besar Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia.
sumber : sinar harapan